Fasilitator (Tidak Boleh) Sakit!!

Standar

Tugas pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan public masih jauh dari kenyataan. Kenyataannya, orang miskin dilarang sakit! Karena biaya berobat dan pelayanan kesehatan di rumah sakit masih sangat mahal sehingga bisa dikatakan tak terjangkau oleh orang miskin.

Juga ada istilah orang miskin dilarang sekolah! Karena biaya pendidikan juga mahal dan secara ‘terang benderang’ semakin bernuansa bisnis ketimbang pelayanan publik.

Bagaimana dengan saya, kalau sakit? Saya bisa jatuh miskin kalau sakit yang agak serius atau serius.  Kalau anak-anak saya tidak bisa tembus jalur perguruan tinggi negeri, kami juga jelas kelabakan mencari alternative perguruan tinggi yang terjangkau dan bermutu.

Begitulah, jurang antara si kaya dan si miskin malah semakin terbentang lebar karena pelayanan publik yang mahal menimbulkan situasi kerentanan pada kita.

***

Seorang fasilitator sakit, sama saja seperti petani yang sakit, atau pedagang kaki lima. Tidak ada lembaga yang menyediakan jaminan atau asuransi kesehatan. Beda dengan buruh atau pun pegawai yang punya jamsostek maupun askes. Saya jadi teringat ‘kisah sedih’ seorang fasilitator PNPM yang sudah bekerja sekitar 10 tahunan dan bercita-cita ‘pensiun dari proyek tersebut supaya bisa kumpul dengan keluarga dan kemudian tabungannya dikembangkan sebagai modal usaha. Kita tahu bahwa menjadi fasilitator PNPM itu bergaji lumayan tapi resikonya berpisah dengan keluarga karena tidak boleh ditempatkan di daerahnya sendiri.  Saya tidak tahu apakah sebagian biaya pengobatan dibantu oleh lembaga PNPM. Tapi  cerita sedihnya, fasilitator tersebut sakit yang cukup serius yaitu ‘lever’ sehingga tabungannya pun ludes digunakan untuk biaya berobat….. Sedihnya bukan main tergabar di raut wajahnya saat bercerita tentang musibahnya itu.

Lembaga saya pun tidak menjamin sepenuhnya bila stafnya sakit serius. Ada plafon anggaran per tahun untuk sakit yang kurang serius (berobat jalan), tapi bila harus opname lembaga tidak mampu membantu banyak. Inilah yang membuat sedih menjadi seorang fasilitator.

Bahkan saya sendiri pun tidak sampai hati membebani lembaga bila sakit.  Tapi ya cobaan datang ketika saya sakit dan harus opname karena demam berdarah dan gejala tifus. Selain itu juga bonus penyakit alergi (kaligata) yang menyerang kalau saya sedang stamina turun atau sakit.

Rasanya berat hati menggunakan uang tabungan untuk membiayai berobat apalagi jumlahnya lumayan. Begitu juga sewaktu suami harus operasi usus buntu dan terkena demam berdarah. Syukurlah kedua anak saya sehat-sehat sejak bayi sampai sekarang bisa dibilang tidak pernah sakit.

***

Karena itu, kita tentu senang sekali melihat menteri kesehatan tampil di TV dan menjelaskan jaminan kesehatan sebagai salah satu program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang disebut sebagai BPJS Kesehatan dan berlaku bagi semua warganegara Indonesia. Termasuk fasilitator, petani,  dan pelaku usaha sektor informal dong…. Program ini dicanangkan di awal tahun 2014, sehingga saya jadi su’udon bahwa ini terkait dengan jelang Pemilu 2014….  Tapi ya tetap saja senang akhirnya program kesehatan berprinsip universal yang diterapkan pemerintah Indonesia untuk seluruh warganegara Indonesia, bukan hanya pegawai negeri saja….

Sejak  Januari ini, setiap saya menghadap loket pendaftaran di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung karena masih sedang berobat, pertanyaan  pertama petugas adalah: “Pakai Asuransi?”

Sampai sekarang saya masih menjawab “Tidak”.

Lho, kenapa belum ikut BPJS kan lumayan pengobatan gratis? Saya pernah ke Kantor BPJS tapi ngantrinya bukan main. Ya, sudah… nanti saja tunggu sampai tidak terlalu ngantri.

Meskipun terdapat banyak nada pesimis terhadap program berlabel ‘gratis’ dari pemerintah yang dalam pelaksanaannya ternyata ‘tidak memadai’  atau sekedarnya (misalnya selalu dibilang daftar obat yang tersedia hanya ini, sedangkan obat yang tidak ada dan harus beli keluar lebih banyak…). Lagipula kenapa harus diberi label ‘gratis’ kan masyarakat membayar pajak untuk membiayai pelayanan public?

Yah, begitulah pemerintah kita…. Jangan berharap terlalu banyak lah….

***

Sebaiknya, fasilitator tidak sakit. Tapi ya ikhlas saja bila menghadapi cobaan ini. Ikhlasnya bukkan soal materi saja yang habis begitu banyak menurut ukuran kocek saya. Tapi ikhlas mengakui bahwa saya juga semakin tambah umur dan kondisi fisik dan mental pun semakin menurun. Ini sekaligus peringatan bagi saya untuk menjaga kesehatan dan menyayangi tubuh sendiri….

Jangan suka menunda kencing dan makan.  Tidur dan istirahat cukup. Perbanyak minum air putih. Sempatkan jogging secara rutin setiap pagi. Itu yang tidak pernah saya prioritaskan selama ini. Padahal hal-hal itu sederhana, tapi sering kita abaikan….

Akibatnya saya mengalami drop stamina dan meski sakitnya tidak parah tapi berkepanjangan…. Terutama gigi yang selama ini tidak pernah diperiksa dan dirawat dokter gigi secara regular sehingga sekarang pun saya menjadi pasien jangka panjang dokter gigi akibat gigi-gigi saya mulai rapuh. Gigi saya dirontgen dan dibersihkan keraknya. Sekarang sudah berjalan 2 bulan perawatan dan penanganannya…

***

Saya sedang di salon, tukang gunting rambut yang sedang menggarap kepala saya berkomentar. “Santai saya, Mbak…. Usia juga yang membuat kulit, rambut, dan badan kita berubah….”

Saya hanya tersenyum ketika melihat di cermin si tukang guntingn rambut ini berkepala botak.  “Saya mau dibotakin saja….” Kata saya.

“Jangaaaan, dipotong pendek saja….” Katanya.  “Terus nanti pakai shampoo buat numbuhkan rambut….”  Katanya lagi, sama sekali tidak bernada iklan.

Hanya dengan santai dan gembira, Insya Allah kita tetap sehat dan bahagia…. begitu kata tukang gunting rambut langganan saya itu untuk menghibur hati saya yang nampak sedih…. Sedih rasanya rambut  kok rontok karena sakit dan terasa menipis….

Betul juga ya…. Sakit itu sering distimulasi oleh perasaan hati yang tertekan. Sakit juga akan lebih sulit dan lama sembuh kalau kita menjadi tertekan karena mengalami musibah sakit.

Itu sebabnya kita selalu mendoakan kesehatan orang lain ya…. Sehat itu anugerah…. Syukuri dan rawatlah dengan baik….

***

Buat yang belum tahu apa itu BPJS Kesehatan, silakan baca dulu berikut ini: Buku Saku BPJS Kesehatan.

***

Tinggalkan komentar