Tag Archives: Training games

Permainan Kacang (Nuts Game)

Standar

Permainan (games) ini menarik dan penting. Menarik karena peserta merasa “jengkel” bila dikalahkan kelompok lain. Penting karena refleksi permainan bisa dibawa ke konsep “pembangunan berkelanjutan” yang abstrak, tetapi bisa dipahami melalui permainan ini.

Inti dari permainan ini adalah tentang mekanisme alam untuk memulihkan dirinya sendiri dengan cara memanfaatkan secara bijak. Kalau kita bekerja dengan masyarakat di perdesaan, permainan ini akan membantu sekali menjelaskan arti “bekerja selaras alam”, “pembangunan yang tidak merusak sumber daya alam dan lingkungan”, “kekayaan bersama” (common property), dan “pembangunan berkelanjutan” (sustainable development). Permainan juga dapat digunakan untuk mendiskusikan “kearifan lokal” seperti batasan-batasan dalam menebang kayu di hutan dan berburu binatang yang diajarkan nenek moyang untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang masih ada atau mungkin sudah tidak lagi dihiraukan generasi sekarang.

***

Langkah-langkah permainan adalah sebagai berikut:

Di tingkat Kelompok

  • Peserta dibagi dalam kelompok @ 7-9 orang termasuk fasilitator  kelompok (paling tidak dibentuk 3 kelompok untuk perbandingan).
  • Setiap kelompok disediakan 25 butir buah/biji-bijian/batu* di dalam sebuah mangkok/piring, dan 12 butir lagi di dalam mangkok lain.
  • Setiap kelompok dipandu seorang fasilitator kelompok, dan melakukan kegiatan di tempat berbeda/terpisah.
  • Tugas kelompok adalah mengoptimalkan pendapatan individu dan kelompok dalam mengambil (‘memanen’) buah/biji.
  • Salah satu mangkok yang berisi 25 butir diletakkan di tengah-tengah lingkaran peserta. Tugas peserta adalah mengambil secara serentak biji-biji yang terletak di mangkok dengan aba-aba fasilitator kelompok (memakai hitungan 1,2,3). Pada hitungan ketiga, setiap peserta mengambil biji di mangkok dan menggenggamnya. Jangan sampai jatuh, sebab jika jatuh akan dihitung sebagai kehilangan.
  • Fasilitator akan menghitung perolehan masing-masing peserta dan mencatatnya, kemudian menjumlahkan perolehan semuanya sebagai pendapatan kelompok (lihat form Lembar Pencatatan Hasil Per Kelompok)**.
  • Biji yang terjatuh dihitung sebagi kehilangan dan biji yang diambil merupakan milik masing-masing peserta (keduanya tidak dikembalikan ke mangkok). Biji yang tersisa di mangkok akan digandakan (dikali dua) oleh fasilitator, tapi maksimal hasil penggandaan hanyalah 12. Lalu, permainan dilanjutkan (aba-aba dilakukan lagi), begitu seterusnya.
  • Satu babak permainan berakhir jika tidak ada biji yang tersisa di mangkok, atau permainan sudah mencapai 10 ronde (10x aba-aba).
  • Setiap kelompok dapat melakukan permainan dalam 2 – 3  babak (setiap babak mengisi Lembar Pencatatan Hasil Kelompok).

*Kalau bisa buah/biji-bijian lokal yang berukuran sekitar buah kemiri atau kacang tanah yang masih pakai kulit atau duku. Bisa juga dengan batu.

**Ambil Form di sini: Nut Games – Lembar Pencatatan per Kelompok

 

Diskusi Pleno

  • Setelah permainan selesai, fasilitator meminta wakil kelompok (fasilitator kelompok) untuk menjumlahkan total hasil individu dan kelompoknya.
  • Fasilitator kemudian menanyakan hasil setiap kelompok dan mengisikannya ke dalam tabel (lihat Lembar Pencatatan Hasil Seluruh Kelompok) dengan melontarkan pertanyaan per aspek yang dicatat (lihat kolom-1 dan kolom-2 tabel tersebut)***.
  • Setelah pengisian selesai, fasilitator memfasilitasi refleksi permainan dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
    • Apa hikmah dari permainan ini? (setiap jawaban peserta dicatat di papan tulis)
    • Apa yang terjadi di setiap kelompok? Bagaimana prosesnya?
    • Apa sebabnya sumberdaya alam (buah/biji) habis? (kalau banyak penyebabnya, apa sebab yang paling utama atau akar masalahnya)
    • Apa sebabnya sumberdaya alam bisa tidak habis meskipun dipanen berulang-ulang? Apa kaitannya dengan konsep ‘daya dukung’ dan  ‘ambang batas’  lingkungan?
  • Berdasarkan hasil permainan, fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan pengertian pembangunan berkelanjutan (PB) dan menuliskannya di atas papan tulis (kertas plano).
  • Dari hasil pendapat di atas, fasilitator kemudian mengajak peserta mencari kata kunci dari pengertian PB (ditulis di kartu-kartu metaplan).

***Ambil form di sini: Nut Games – Lembar Pencatatan Semua Kelompok

 

Catatan untuk Fasilitator:

Permainan (games) ini membutuhkan waktu cukup panjang, bisa sampai 60 menit bila setelah permainan didiskusikan secara mendalam. Lama permainan juga tergantung berapa ronde yang akan mampu dilampau dalam satu babak permainan kelompok (10 ronde per babak). Serta berapa babak permainan ingin dilakukan peserta. Pernah terjadi, peserta mudah sekali berakhir (selesai) dalam kelompok karena tidak mempertimbangkan aturan tentang “keberlanjutan”. Satu babak permainan berakhir begitu saja.

Doronglah peserta untuk mengulang lagi babak permainan dalam kelompok sampai mereka mampu bertahan ke 10 ronde. Kalau bisa bertahan sampai sejauh itu, artinya peserta sudah memahami apa yang harus dilakukan agar panen biji/buah dilakukan “secara berkelanjutan”.

***

B – Games

Standar

BERBURU BARANG (Scavenger Hunt)

Waktu: 10-15 menit

Alat dan Bahan: Lembar tugas yang berisi daftar barang-barang yang harus dicari kelompok (difotokopi sebanyak jumlah kelompok).

 Jumlah Peserta:Tidak terbatas, tetapi harus ada barang yang cukup untuk setiap kelompok.

 Proses:

  • Bagilah peserta ke dalam kelompok dan minta mereka bergabung dengan kelompoknya masing-masing.
  • Bagikan selembar kertas berisi daftar barang-barang yang harus dicari oleh setiap kelompok. Syaratnya, semua barang yang diambil harus milik anggota kelompok tersebut.
  • Beri aba-aba agar kelompok mulai mengumpulkan barang. Waktu untuk mengumpulkan barang adalah 3 menit.
  • Setelah selesai, peserta dipersilakan untuk duduk kembali.Sementara itu, kelengkapan barang dari tiap-tiap kelompok diperiksa: barang-barang apa saja yang berhasil dan tidak berhasil dikumpulkan oleh kelompok tersebut.
  • Hasil perolehan tersebut diumumkan di depan para peserta. Kelompok yang mengumpulkan terbanyak, dinyatakan menang (unggul).
    Pertanyaan   refleksi:

  •   Apa yang terjadi dalam permainan?
  •   Mengapa ada kelompok yang menang (mengumpulkan banyak   barang)?
  •   Mengapa ada kelompok yang kalah (mengumpulkan hanya   sedikit)?
  •   Apakah ada yang memimpin kelompok? Bagaimana munculnya   pemimpin kelompok? (dipilih atau spontan) Apakah ada pembagian tugas?
  •   Apa   hikmah permainan ini?

Catatan untuk Fasilitator: Permainan ini dapat ditarik kepada pembahasan tentang  kerjasama tim. Suatu kegiatan akan berhasil apabila ada kekompakan, kerjasama, pemimpin yang mengkoordinir kegiatan, dan pembagian tugas.Suatu kegiatan juga akan berhasil apabila semua pihak mau menyumbangkan sesuatu (mau berkorban).

***

BERCERMIN

 Waktu: 10 menit (dengan diskusi)

 Alat dan Bahan: Tidak ada

 Jumlah Peserta: Tidak terbatas, selama bisa berpasangan

 Proses:

  • Mintalah semua peserta untuk berdiri menyusun 2 sap (jajar) dan berdiri  berpasangan: 1 orang berperan menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin, dan 1 orang menjadi bayangannya di cermin.
  • Bayangan harus mengikuti semua gerak-gerik orang yang berdandan.
  • Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang sama.
   Pertanyaan   refleksi:

  •   Bagaimana   perasaan teman yang menjadi bayangan?
  •   Sulitkah   mengikuti gerakan teman yang’bercermin’? Mengapa?
  •   Bagaimana   perasaan teman yang ‘bercermin’?
  •   Memuaskankah   ‘bayangan’ anda? Mengapa?
  •   Apa   hikmah permainan ini?

 Catatan untuk Fasilitator: Sebagai ‘pemecah es’ (ice breaker) atau obat ngantuk (energizer), hasil permainan ini tidak perlu didiskusikan. Apabila didiskusikan, dapat ditarik kepada pembahasan tentang  kerjasama tim dan kekompakan dengan pasangan (partner) kita. Tetapi, kerjasama seperti di atas (satu selalu menentukan, satu selalu mengikuti perintah yang lainnya seperti bayangan di cermin) bukan suatu kerjasama yang setara. Sementara dalam pengelolaan sumberdaya alam, kerjasama antara para pemangku kepentingan perlu dikembangkan dengan prinsip kesetaraan dan saling belajar.

*** 

BERDIRILAH JIKA…

 Waktu: 10-15 menit

 Alat dan Bahan: Tidak ada

 Jumlah Peserta: 20 – 25 orang

 Proses:

  • Ajaklah semua peserta untuk duduk atau berdiri membentuk lingkaran, sedangkan fasilitator berdiri di tengah.
  • Jelaskan bahwa pada saat fasilitator mengucapkan kalimat nanti, para peserta harus berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan dirinya. Misalnya:
    • “Orangtua saya adalah keluarga petani….”
    • Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik….”
    • “Saya takut kucing….” dsb.
  • Beri kesempatan (waktu) sejenak agar semua orang bisa mengingat siapa saja yang berdiri untuk setiap pernyataan.
  • Ucapkan kalimat-kalimat lain yang relevan dengan keadaan para peserta pelatihan (jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri). Contoh-contoh kalimat misalnya:
    • Saya adalah pelatih (trainer)
    • Saya sering keluar – masuk hutan
    • Saya lahir di pedesaan
    • Saya lahir di kota
    • Saya bekerja di LSM
    • Saya pegawai negeri
    • Saya memiliki hobby membaca, dsb.
  • Setelah selesai, peserta diminta memperkenalkan nama, status, asal lembaga, dan kota atau daerah asalnya.

Catatan untuk Fasilitator: Permainan untuk perkenalan ini cocok bagi peserta yang sebenarnya sudah saling mengenal maupun masih belum kenal sama sekali. Bagi para peserta yang sudah saling kenal kemungkinan akan memperoleh hal baru tentang rekan-rekan mereka. Bagi yang belum saling kenal, permainan ini akan membantu mereka mengidentifikasi teman-teman yang ‘senasib’, sehingga ini bisa menjadi semacam entry point dalam mengakrabkannya dengan peserta lain.

***
 

BERGANDENGAN TANGAN

Waktu: 10-15 menit

 Alat dan Bahan: Tidak ada

 Jumlah Peserta: Tidak terbatas, dibagi ke dalam kelompok kecil (5 – 6 orang per kelompok)

 Proses:

  • Mintalah kepada setiap peserta untuk mengambil barang yang dia paling sukai yang ada dalam ruangan. Tanpa menunjukkan kepada siapapun barangnya dan tempatnya semula.
  • Setelah itu, bagilah peserta kedalam 2 atau 3 kelompok dan minta mereka berkumpul di dalam kelompoknya masing-masing.
  • Setiap kelompok diminta berdiri berbanjar (berjajar) dan saling menautkan tangannya pada teman disampingnya.
  • Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk mengembalikan barang yang mereka ambil ke tempatnya semula dengan cepat, tanpa boleh terlepas tautan tangan masing-masing anggota kelompoknya.
  • Kelompok yang dapat menyelesaikan tugas tersebut  dengan cepat akan menjadi juaranya.
    Pertanyaan   refleksi:

  •   Apa   yang terjadi di kelompok masing-masing?
  •   Kenapa   kelompok A menjadi yang paling cepat (juara)?
  •   (Kalau   ada yang gagal) Kenapa kelompok B gagal memenuhi tugas?
  •   Apakah   terjadi kerjasama atau persaingan antara anggota kelompok sendiri?
  •   Apa   hikmah permainan ini?

Catatan untuk Fasilitator: Permainan ini bersifat obat ngantuk dan pencairan suasana. Dapat juga digunakan untuk membahas tentang kerjasama dan kompetisi. Terdapat kecenderungan kerjasama (dalam kelompok) ketika harus berkompetisi dengan kelompok lain. Apabila tidak ada kompetisi dengan pihak lain, maka kompetisi akan terjadi antara anggota kelompok itu sendiri. Apakah kompetisi itu hal yang buruk dan kerjasama itu selalu baik? Hikmah yang bisa diambil adalah setiap orang dalam kelompok memiliki kepentingannya masing-masing sehingga kompetisi adalah wajar. Mencoba memahami dan mengakomodasi kepentingan orang lain perlu dilakukan untuk menghindari atau menyelesaikan masalah benturan kepentingan (konflik kepentingan).

***

Permainan Mendengarkan (dan Mengingat)

Standar

Berikut ini adalah salah satu permainan yang dapat digunakan untuk ice breaking karena dapat dilakukan secara cepat dan juga merupakan lomba. Lomba selalu membuat kelompok bersemangat untuk menang.

Bisa menjadi bagian dari sesi “teknik mendengarkan” dari pelatihan untuk fasilitator.

***

Proses Permainan:

  • Fasilitator membacakan cerita “Keluarga Johannes” di bawah sesudah minta peserta untuk mendengarkan dengan teliti
  • Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 peserta per kelompok dan jelaskan aturan permainan yang akan dilaksanakan  (tahap 3-8)
  • Fasilitator membaca satu pertanyaan di bawah
  • Masing-masing kelompok menulis jawabannya pada secarik kertas
  • Fasilitator meminta agar kelompok memperlihatkan jawabannya secara serentak
  • Kelompok yang jawabannya tepat mendapat nilai 10, sedangkan yang salah dikurangi 10 (lihat kunci jawaban untuk jawaban tepat)
  • Fasilitator terus membaca pertanyaan satu per satu dengan proses jawaban dan penilaian yang sama
  • Kelompok yang paling banyak mengumpulkan nilai, merupakan pemenangnya
  • Fasilitator mengajak peserta untuk membahas: Apakah sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi? Mengapa? Untuk mendengarkan baik, apa harus dilakukan? Kalau kita tidak mendengarkan dengan teliti, apa bisa terjadi?

Lembar cerita:

CERITA DARI TIMOR: “Keluarga Johannes”

Ama Johannes adalah petani di desa Sunsea, memiliki ladang yang ditanami padi, jagung dan kacang-kacangan. Di belakang rumahnya ada kandang sapi. Semua pernah berisi 2 ekor sapi betina dan 1 ekor sapi pejantan. Sekarang berisi 5 ekor sapi karena masing-masing sapi betina sudah beranak 1 ekor babi betina dan 1 ekor sapi betina lagi, dengan uang pinjaman (kredit lunak) dari program JPS. Mudah-mudahan, tahun depan kalau semua sapi betina itu beranak, akan bertambah lagi. Asalkan tidak ada sapi yang mati seperti yang terjadi tahun lalu ketika 1 ekor sapi betinanya yang sedang bunting mati akibat penyakit. Begitu juga dengan ternak babinya, mati

akibat penyakit. Ina Joahnnes memilihara ayam dan 4 ekor kambing. Selain itu, Ina juga menanam sayuran di kebun pekarangannya. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian dari sayuran itu juga dijual ke pasar, dengan kelebihan hasil panen jagung, kacang dan telur ayam.

Begitulah Ama dan Ina Johannes bergotong royong memenuhi kebutuhan keluarganya. Ina juga menambahkan toko atau koperasi. Sedangkan Ama Johannes terkadang bekerja sebagai tukang bengunan. Suami istri itu harus bekerja keras karena punya anak 7 orang yang hampir semuanya sedang membutuhkan biaya sekolah. Dua (2) orang anaknya sudah masuk Perguruan Tinggi di Kupang. Sedangkan yang lainnya masih sekolah di SD, SMP dan SMU di Kefa. Hanya yan paling kecil yang belum sekolah. Biaya sekolah anak-anak tinggi, hingga Ama dan Ina Johannes harus putar otak untuk mencari biaya. Tahun yang lalu, Ama Johannes harus jual 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing untuk membayar uang kuliah dan uang sekolah anak-anak. Syukurlah si sulung, Onna, mendapat beasiswa dari Pemerintah. Kalau tidak, akan lebih banyak biaya yang diperlukan. Kalau dihitung-hitung, sudah 5 ekor sapi dan 8 ekor kambing yang telah dijual untuk biaya sekolah.

Pertanyaannya:

  1. Ada berapa ekor ayam yang sekarang dimiliki Ina Johannes?
  2. Ada berapa ekor sapi yang sekarang dimiliki Ama Johannes pada tahun yang lalu?
  3. Berapa jenis perkerjaan (matapencaharian) dari Ama dan Ina Johannes?
  4. Berapa jenis ternak yang sekarang dimiliki oleh Ama dan Ina Johannes?
  5. Ada berapa sapi muda yang sekarang dimiliki oleh Ama dan Ina Johannes?
  6. Ada berapa kambing yang dimiliki sekarang ditambah dengan yang pernah dijual untuk biaya sekolah?
  7. Dan seterusnya.

Kunci jawaban:

  1. –  (tidak disebut jumlahnya di dalam cerita)
  2. 7 ekor (5 + 1 yang mati + 1 yang dijual)
  3. 5 jenis (petani, peternak, pedagang sayur, penenun, tukang)
  4. 3 jenis (sapi, kambing, ayam; babi baru akan dibeli)
  5. 2 ekor
  6. 12 ekor (4 ekor yang ada + 8 ekor yang sudah dijual)

Catatan: Ama = bapak, ina = ibu.